Peraslah jeruk, hasilnya pasti sari jeruk. Peraslah mangga, pun hasilnya sari mangga. Tak mungkin apa yang kita peras, hasilnya bukan dari apa yang kita peras. Tak mungkin peras mangga hasilnya sari selain mangga kan?
Apa yang kita alami di dunia ini, dalam kehidupan kita sehari-sehari, baik kesedihan, kebahagiaan, gelisah, ketenangan, kemiskinan, kemakmuran, dan beragam dinamika hidup lainya, adalah berasal dari dalam diri kita, yaitu pikiran yang diikat dengan perasaan. Apapun yang kita hadapi sekarang adalah hasil dari diri kita sendiri.
Jika yang kita alami adalah hal-hal yang membuat kesal dan marah, maka tak perlu menyalahkan diluar dari kita. Ariflah berhikmah.
Hati-hati dengan pikiran kita. Karena apa yang kita pikirkan sangat mungkin menjadi nyata. Akal akan membangun persepsi, meresap ke hati, terakumulasi menjadi sistem kepercayaan diri dan alam akan menyesuaikan kenyataan yang sesuai dengan sistem kepercayaan diri tersebut.
Semua benda seperti lampu, pesawat, mobil, pencapaian-pencapaian tekhnologi oleh para ilmuan dan lain-lain adalah hasil dari pemikiran. Semua berawal dari pikiran. Inilah instrumen dasar yang harus diubah seseorang untuk berubah. Tiada seseorang di dunia ini yang bisa merubah diri kita, selain diri kita sendiri.
“Semua bunga esok hari ada dalam benih hari ini. Semua hasil esok hari ada dalam pikiran hari ini” (Aristoteles). Plato berkata, “Ubah pikiran Anda, niscaya kehidupan Anda berubah”. Budha pun menyatakan hal senada, “apa yang anda pikirkan hari ini, akan terjadi esok hari.”
Pikiran sangat berbahaya. Petinju legendaris Muhammad Ali selalu berkata dalam hati, “Aku petinju hebat. Apapun yang terjadi, aku tetap petinju hebat”. Dalam wawancara di televisi dia ditanya, “mengapa Anda selalu berkata demikian?” Dia menjawab, “Karena kalimat itu memberiku rasa percaya diri, menguatkan keinginanku, dan membuatku konsentrasi pada target yang ingin aku capai. Jika akhirnya gagal, aku akan belajar dari kegagalan, kemudian berlatih lebih baik lagi hingga berhasil.” Lebih lanjut dia berkata, “Pikiran sangat berbahaya. Pikiran bisa menjadi penyebab kegagalan dan bisa pula menjadi pendukung keberhasilan. Pikiran adalah sumber percaya diri.”
Mengenai kesehatan, pikiran punya pengaruh besar. Dalam energy medicine Dr. Herbert Spencer dari Universitas Harvard mengatakan bahwa jiwa dan tubuh saling melengkapi. Dia mengatakan bahwa lebih dari 90 % penyakit tubuh disebabkan oleh jiwa. Inilah yang disebut dengan Psycho-Somatic Disease. Istilah ini berasal dari kata psycho yang berarti jiwa, dan somo yang berarti tubuh. Maksudnya, jiwa (psycho) BERPIKIR memengaruhi tubuh (somo). Beberapa penguatan teori ini ditambahkan oleh penelitian pada 1986 tentang dialog dengan jiwa oleh Fakultas Kedokteran di San Fransisco. Menurut hasil penelitian itu, lebih dari 75 % penyakit tubuh berasal dari dialog dengan jiwa. Itulah yang oleh ahli jiwa disebut “Sandiwara Internal”. Inilah cara orang menggambarkan kehidupan dalam benaknya, termasuk PIKIRAN-PIKIRAN dan susunannya dalam mental. Oya, pernah nonton acara Bengkel Hati bersama Ustadz Danu di salah satu TV Swasta? Banyak yang bisa kita tahu dari acara itu tentang bahaya pikiran negatif bagi kesehatan. Maka dari itu, ubahlah pikiran ke arah positif, agar tubuh tetap sehat. Rasulullah bersabda, “janganlah kalian berpura-pura sakit sehingga benar-benar jatuh sakit.” Hadis ini menegaskan bahwa pikiran bisa menimbulkan penyakit.
Mengeni kemakmuran dan kebahagiaan, tentu berlaku efek serupa. Ubahlah pikiran ke arah kemakmuran dan kebahagiaan, kemudian lihat apa yang terjadi dalam hidupmu. Tanamkan kecintaan pada kebaikan dan yang utama, dekatkanlah diri kita pada Allah, Maha pemilik segala kebaikan. Yakinilah dengan mengingat-Nya, hati senantiasa tenang, kejernihan pikiran tercipta dan prestasi mudah diraih. Cintai Allah, maka pikiran-pikiran negatif bisa kita jinakan. Yakin? Hehe…
Selama ini, kita banyak percaya dengan beragam janji sesama manusia. Kenapa ya, kok kurang yakin dengan janji Sang Maha Pencipta Segalanya? “Hehe,,, it’s ok deh kalau ga yakin. Toh, setiap pribadi bertanggungjawab atas ‘buah’ dirinya sendiri. Tak yakin juga terserah deh. Peace.” Hehe…
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Al-Ra’du: 11).
Adalah kita telah diberikan kehendak oleh Allah untuk bisa mengubah atau memilih pikiran yang kita sukai. Gunakanlah kehendak itu berlandaskan pengetahuan dan ilmu. “Kemuliaan manusia terletak pada pikirannya.” (Pascal). Hukum Pantulan dalam teori pikiran yang dilontarkan DR. Ibrahim Rey Alfiqy, seorang motivator kelas dunia dalam buku International Best Seller, ‘Terapi Berpikir Positif’ menjelaskan bahwa, “Dunia luar adalah pantulan dunia dalam.” “Manusia tidak mungkin menghasilkan pengetahuan tanpa belajar cara berpikir.” (Confucius).
Ali Bin Abi Thalib berkata, “Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, niscaya dia memperbaiki hubungannya dengan orang lain. Barang siapa memerhatikan urusan akhiratnya, Allah akan memerhatikan urusan dunianya. Barang siapa menjadi penasehat bagi dirinya sendiri, Allah akan menjadi penjaganya.”
Akhirat tak terlihat, maka perhatikanlah. Pikiran tak terlihat, maka perhatikanlah. Ariflah memahami.
“Dan (juga) pada diri kalian, apakah kalian tidak memperhatikan? (al-Dzariyat: 21).
0 komentar:
Posting Komentar